BAB II
PENDAHULUAN
2.1 Pembagian dan Tingkatan Hadis
Berikut ini pembagian dan tingkatan hadits,berdasarkan segi yang
berbeda:
A.
Dari Segi
Jumlah Periwayatnya/kuantitas perawinya
Hadits ditinjau dari segi jumlah rawi atau banyak sedikitnya perawi
yang menjadi sumber berita, maka dalam hal ini pada garis besarnya hadits dibagi
menjadi dua macam, yakni: Hadits mutawatir dan hadis ahad.
1. Hadits mutawatir
a. Pengertian Hadits mutawatir
Kata mutawatir Menurut bahasa ialah mutatabi yang berarti
beriring-iringan atau berturut-turut antara satu dengan yang lain.1
Sedangkan menurut istilah ialah Suatu hadis yang
diriwayatkan oleh sejumlah besar rawi, yang menurut akal dan kebiasaan mustahil
mereka berkumpul dan bersepakat untuk berdusta.
b. Pembagian Hadits Mutawatir
Para ulama membagi hadits mutawatir menjadi 3 (tiga) macam :
1.Hadits Mutawatir Lafzi
Hadits yang lafad-lafad para perawi itu sama, baik hukum maupun
ma’nanya.2
1.
Hadits
Mutawatir Ma’nawi
Hadis yang berlainan bunyi lafaz dan maknanya, tetapi dapat diambil
dari kesimpulannya atau satu makna yang umum.
2.
Hadits
Mutawatir Amaly
Sesuatu yang mudah dapat diketahui bahwa hal itu berasal dari agama
dan telah mutawatir di antara kaum muslimin bahwa Nabi melakukannya atau
memerintahkan untuk melakukannya atau serupa dengan itu.3
a. Pengertian hadis ahad
Menurut Istilah ahli hadis, pengertian hadis ahad ialah hadits yang
tidak berkumpul padanya syarat-syarat mutawatir.
b. Pembagian Hadits Ahad
Pembagian hadits ahad dilihat dari jumlah periwayatannya di bagi
kepada tiga tingkatan yaitu :
1.Hadits Masyhur
Hadits yang di riwayatkan oleh tiga orang atau lebih,serta belum
mencapai derajat Mutawatir.4
2. Hadits ‘Azis
Hadits yang diriwayatkan oleh dua orang, walupun dua orang rawi
tersebut terdapat pada satu thabaqah saja,kemudian setelah itu,orang-orang pada
meriwayatkannya.5
3. Hadits gharib
Hadits yang dalam sanadnya terdapat seorang yang menyendiri dalam
meriwayatkan, di mana saja penyendirian dalam sanad itu terjadi.6
B. Dari segi kualitas sanad dan matannya
Para ulama membagi hadis ahad dalam tiga tingkatan, yaitu hadits
sahih, hadits hasan, dan hadis daif. Pada umumnya para ulama tidak
mengemukakan, jumlah rawi, keadaan rawi, dan keadaan matan dalam menentukan
pembagian hadis-hadis tersebut menjadi hadis sahih, hasan, dan daif.
1. Hadits Sahih
Hadits Sahih adalah hadits yang dinukil (diriwayatkan) oleh rawi
yang adil, sempurna ingatan, sanadnya bersambung-sambung, tidak berillat dan
tidak janggal.
Hadits shahih terbagi kepada dua bagian:
1.Shahih li-dzatihi
Hadits yang
sanadnya bersambung-sambung, diriwayatkan oleh orang yang adil, sempurna
hafalannya dari orang yang sekualitas dengannya hingga akhir sanad, tidak
janggal dan tidak mengandung cacat yang parah.7
2. Shahih li-ghairih
Hadits yang
keadaan rawi-rawinya kurang hafidh dan dhabith tetapi mereka masih terkenal
orang yang jujur, hingga karenanya berderajat hasan, lalu didapati padanya dari
jalan lain yang serupa atau lebih kuat, hal-hal yang dapat menutupi kekurangan
yang menimpanya itu.8
2. Hadis Hasan
Hadits Hasan adalah hadits yang dinukilkan oleh orang yang yang
adil yang kurang sedikit kedhobitannya, bersambung-sambung sanadnya sampai
kepada nabi SAW. dan tidak mempunyai ‘Illat serta syadz.
Menutut Ibnu Shalah, hadits hasan itu dapat dibagi menjadi dua:
1.Hasan li-dzatihi
Berita Hadits yang terkenal para perawinya tentang kejujuran dan
amanahnya tetapi hafalan dan keteguhan hafalannya tidak mencapai derajat para
perawi hadits shahih.
2. Hasan li-ghairih
Hadits yang sanadnya tidak sepi dari seorang yang tidak jelas
perilakunya atau kurang baik hafalannya dan lain-lainnya.9
3. Hadis Daif
Hadis daif adalah hadis yang tidak menghimpun sifat-sifat hadis
sahih, dan juga tidak menghimpun sifat-sifat hadis hasan.
C. Dari Segi Kedudukan Dalam Hujjah
hadis ahad ahad ditinjau dari segi dapat diterima atau tidaknya
terbagi menjadi 2 (dua) macam yaitu hadis maqbul dan hadis mardud.
a. Hadis Maqbul
Maqbul menurut bahasa berarti yang diambil, yang diterima, yang
dibenarkan. Sedangkan menurut urf Muhaditsin hadis Maqbul ialah Hadis yang
menunjuki suatu keterangan bahwa Nabi Muhammad SAW
menyabdakannya.
Jumhur ulama berpendapat bahwa hadis maqbul ini wajib diterima.
Sedangkan yang temasuk dalam kategori hadis maqbul adalah:
Ø Hadis sahih, baik yang lizatihi maupun yang ligairihi
Ø Hadis hasan baik yang
lizatihi maupun yang ligairihi.
B. Hadis Mardud
Mardud menurut bahasa berarti yang ditolak; yang tidak diterima.
Sedangkan menurut urf Muhaddisin, hadis mardud ialah Hadis yang tidak menunjuki
keterangan yang kuat akan adanya dan tidak menunjuki keterangan yang kuat atas
ketidakadaannya, tetapi adanya dengan ketidakadaannya bersamaan. Jadi, hadis
mardud adalah semua hadis yang telah dihukumi daif.
D. Dari segi tempat penyandarannya
Ditinjau dari segi kepada siapa berita itu disandarkan, apakah
disandarkan pada Allah, Nabi SAW., shahabat ataukah disandarkan kepada yang
lainnya, maka hadits itu dapat dibagi menjadi:
I. Hadits Qudsi
Yang disebut hadits Qudts –Qudsy atau hadits- Rabbany atau
hawadits-lahi, ialah sesuatu yang dikabarkan Allah Ta’ala kepada Nabi-Nya
dengan melalui ilham , yang kemudian Nabi menyampaikan makna dari ilham
tersebut dengan ungkapan kata beliau.10
2. Hadits Marfu’
Hadits Marfu' adalah hadits yang disandarkan kepada Nabi SAW., baik
berupa perkataan, perbuatan atau semacam itu, baik sanadnya itu bersambung
ataupun sanadnya itu terputus.
3.
Hadits Mauquf
Hadits Mauquf adalah hadits yang disandarkan kepada sahabat, baik
berupa perkataan, perbuatan atau semacam itu, baik sanadnya itu bersambung
ataupun sanadnya itu terputus.
4.
Hadits Maqtu’
Hadits
Maqtu' adalah yang disandarkan kepada tabi’in dan tabi’ut tabi’i serta orang
yang sesudahnya, baik berupa perkataan, perbuatan atau lainnya.11
D. Tingkatan dan Jenis Hadits
1. Hadits
Shohih (Sah/benar/sehat)
2. Hadits Hasan
(Bagus/Baik)
3. Hadits Dho’if (Lemah)
4. Hadits Marfu’ (Semua sanadnya bersandar kepada Rasulullah Saw)
5. Hadits Mushahhaf (Kesalahan terjadi pada catatan / bacaannya)
6. Hadits Muttasil (Sanadnya bersambung sampai kepada Rasulullah
Saw)
7. Hadits Mauquf (Sanadnya boleh jadi bersambung, boleh jadi
terputus)
8. Hadits Mun-qoti’ (Dho’if, karena terputus sanadnya)
9. Hadits Mursal (Dho’if dan Mardud)
10. Hadits Mu’allal (Terselubung cacatnya / merusak keshohihan
Hadits)
11. Hadits Ghorib (Yang menyendiri)
12. Hadits Masyhur (Nyata)
13. Hadits Mudallas (Gelap / Menyembunyikan cacat dalam sanad)
14. Hadits Mutawatir (Berturut Sanadnya)
15. Hadits Syadz (Bertentangan)
16. Hadits Mudraj (Ada tambahan, yang bukan bagian dari Hadits)
17. Hadits Maqlub (Dho’if. Karena ada pergantian lafaz)
18. Hadits Mudhtorib (Rusak susunan)
19. Hadits Mu’adhal (Menggugurkan dua Perawi aslinya)(Hukumnya
Dho’if)
20. Hadits Matruk (Dho’if yang paling buruk. Perawinya tertuduh
Pendusta)
21. Hadits Maudhu’ (Palsu. Kebohongan yang diciptakan dan
disandarkan kepada Rasul Saw)
22. Hadits Munkar (Cacat dan Palsu perawinya kedapatan berbuat
Fasiq)
BABIII
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa hadis terbagi berdasarkan
segi-segi yang berbeda, Antara lain:
1)
Berdasarkan
Jumlah Periwayatnya.
Ø Hadits mutawatir
Ø Hadis ahad
2)
Berdasarkan
kualitas sanad dan matannya.
Ø Hadis sahih
Ø Hadis hasan
Ø Hadis daif
3)
Berdasarkan
kehujjahannya
Ø Hadis maqbul
Ø Hadis mardud
4)
Berdasarkan
tempat penyandarannya.
Ø Hadis qudsi
Ø Hadis marfu’
Ø Hadis mauquf
Ø Hadis maqtu’
DAFTAR PUSTAKA
Rahman,Fatchur.1974.Ikhtisar
Musthalahul Hadits.Bandung:PT Alma’arif
Al-Ma’udi,Hafidz Hasan.1999.
Ilmu Musthalahah Hadits.Surabaya:AL-HIDAYAH
Anwar,Muhammad.1981.Ilmu
Mushtalah Hadits.Surabaya:AL-IKLAS
Al-khatib,Muhammad ‘Ajaj.1997.Ushulul Al-Hadits.Jakarta
Komentar
Posting Komentar