
foto: Atlascompany Freepik.com
"Kesalahan anak tidak pernah berdiri sendiri, ada kesalahan lingkungan. Dan yang terpenting orang tua, sebagai orang terdekat yang seharusnya memiliki waktu paling banyak dengan anak-anaknya,"
-komisionaris KPAI Retno Listyarti
Seorang remaja berusia 15 tahun yang baru-baru ini di beritakan melakukan pembunuhan terhadap balita usia 5th yang merupakan tetangga dekatnya, membuat banyak orang tercengang. Bagaimana tidak? Remaja yang dikenal baik dan pintar tersebut nyatanya mampu melakukan suatu perbuatan yang diluar nalar seorang anak-anak. Membunuh!
Media memberitakan bahwa modus kejahatannya karena pelaku terinspirasi dari film horror dan sangat mengidolakan Salamandersman. Ditambah papan curhatan, tulisan dan gambar-gambar yang ia curahkan menggambarkan bagaimana kondisi kejiwaan anak tersebut.
Sangat miris memang, lalu siapa yang harus disalahkan?
Apakah sang anak yang tanpa hati mencabut nyawa seorang balita yang tak berdosa atau lingkungan sekitar yang membentuknya?
Saya sendiri berpendapat bahwa anak hanyalah seorang anak, yang cara berpikirnya masih dapat berubah-ubah, mungkinkah mereka benar-benar memahami konsekuensi yang ia lakukan? dan kewajiban orang dewasa adalah untuk mengarahkannya, ke jalan yang baik dan bukan sebaliknya.
Jika menelusuri kasusnya lebih jauh, tentang gambar, tulisan dan statusnya yang diliput oleh media. Bagaimana pendapat mu?
Saya sendiri berpendapat pemicu tindakan sang anak adalah akibat kondisi psikologis sang anak yang disebabkan oleh lingkungan keluarganya. Orang tua berpisah dan memiliki Ibu tiri, diluar mungkin terlihat baik-baik saja tapi siapa yang tahu di dalamnya. Anak hanyalah seorang anak yang masih butuh perhatian dan kasih sayang dari lingkungan nya. Bukan di biarkan sendirian atau lebih parah di abaikan. Jika begitu apa gunanya orang tua?
Sebagai lingkungan terdekat yang seharusnya paling tahu, paling memahami justru hanya bisa mencaci.
Itulah mengapa, seharusnya orang tua bisa belajar menjadi orang dewasa yang bijaksana dan menjadi contoh baik bagi anaknya. Toh ketika memutuskan untuk membangun sebuah keluarga, tentu sudah tahu apa saja tanggung jawabnya.
Jika sudah begini, ketika anak menjadi korban kelalaian orang dewasa terutama orang tua nya. Bukankah terlalu kejam untuk mereka. Di usia yang baru saja menginjak belasan, ia melakukan tindakan merugikan, bagi dirinya dan orang lain juga undang-undang yang sudah menetapkan.
Serba dilema memang, tetapi pelanggaran tetaplah harus dihukum. Jika tindakan pembunuhannya di biarkan hanya dengan di kembalikan ke orang tua maka tak adil bagi korban yang mungkin saja saat hilang nyawanya sangat ketakutan dan ingin memanggil ibu ayahnya. Walaupun akhirnya tak ada kesempatan untuk melakukannya.
Hukum terakhir harus di berlakukan dengan tetap memberlakukan UU perlindungan anak dan rehabilitasi kejiwaannya. Karena usianya masih panjang, tentu cara berpikirnya pun masih bisa di perbaiki seiring bertambahnya usia.
Orang dewasa lah yang harus menolongnya.
Komentar
Posting Komentar